Sampai saat ini saya tidak mendapatkan sebuah referensi yang pas
bahwa rezeki yang kita terima gara-gara kehebatan kita dalam berusaha/
berbisnis. Saya selalu menyebut rezeki adalah efek sampingan dari usaha yang kita jalankan. Tidak ada kaitan secara langsung
antara rezeki dengan usaha. Mau bukti? Banyak cerita orang berbisnis dengan
modal besar dan nyaris “goal”. Nyaris goal artinya tidak goal. Betul kawan?
Padahal semua sudah dijalankan dengan sangat hati-hati, mengikuti standar
prosedur dan menyewa konsultan mahal untuk mendampinginya. Sementara disisi
lain ada yang menjalankan usaha dengan santai, bahkan nyaris ga serius. Tapi
dengan mudahnya “goal” bisa telak masuk. Mari kawan-kawan coba kita merenung
sejenak. Ada apa ini? Tolong koreksi jika saya salah dalam hal ini. Ah ..itu
namanya lagi hoki , lagi beruntung? Nah itulah masalahnya. Kenapa hoki itu
tidak diberikan kepada yang serius, kok ini malah diberikan kepada orang yang bekerja
secukupnya. Mestinya secara logis yang serius dong yang mendapatkan. Betul?
Kawan. Saya sampai pada sebuah pemikiran bahwa apapun yang kita
upayakan, kerjakan dengan sangat sungguh-sungguh dan kehati-hatian level tinggi
belumlah cukup. Anda mungkin masih ingat artikel saya sebelumnya tentang sebesar apa bisnismu menguntungkan (ada
baiknya bagi yang belum menyimak tolong lanjutkan ke artikel yang saya tunjukkan
diatas).
Ada sebuah komponen X sebagai puzzle terakhir untuk melengkapi
sukses besar. Terus terang saya masih meraba dan tidak berani menduga-duga
karena ini sudah wilayah Yang Maha Kuasa. Berdasar pengalaman saya dan
kawan-kawan dan ini yang paling diyakini
Satu. Niat lurus. Maka penting sekali meluruskan niat. Hindari
sedikitpun niat tidak baik. Terlintaspun jangan. Ingat tipuan lihai tidak bisa
mengelabuhi Yang Maha Kuasa. Lurus betul-betul lurus. Satu senti pun(cm) anda
tidak boleh bengkok. Terserah anda akan diisi apa niat itu yang pasti niat itu
harus baik.
Dua. Pantaskan diri dulu. Tanyakan pantas tidak saya mendapatkan
itu. Lawan kata pantas ya tidak pantas atau dengan kata lain tidak realistis.
Arti pantas memiliki dua makna (1). Apa pantes jualan dengan hanya 1 gerobak
bakso mendapatkan keuntungan ratusan juta. Jelas tidak pantes, tidak realistis
jika pencapiannya sebesar itu. Mungkin akan pantas jika gerobaknya ada ratusan.
(2) Apa pantes anda diberi ratusan juta sementara anda sangat susah memberi
orang lain. Mengisi kotak amal sibuk nyari “gopean”. Apa pantes anda diberi
uang sebesar itu, sementara ibu anda tidak pernah dikunjungi sudah hampir satu
tahun. Sms-pun tidak pernah apalagi
meminta Do’anya. Apa pantas anda mendapatkan uang milyaran sementara klien anda
habis-habisan anda jerat dengan jebakan batman. Apakah pantas anda mendapatkan
order bernilai ratusan juta sementara gaji dan bonus karyawan anda di
tahan-tahan. Kawan pantaskan diri dulu.
Saya teringat dengan buku “Si Anak Singkong”. Pak Hairul Tanjung
begitu mengharapkan doa Ibunya. Ia percaya do’a ibu akan membawa keberuntungan.
Berkat doa Ibu dari pabrik sendal jepit sampai TV swasta sekarang dia miliki.
Coba saya tanya pantas ga Pak Hairul mendapatkan penghasilan ratusan milyar?
Saya yakin semua akan bilang “pantas”.
Ada lagi. Siapa yang tidak kenal Bill Gate? Konon Bill Gate orang
yang paling besar se –Amerika yang
memberikan bantuannya kepada orang lain. Tak kurang dari 500 juta dolar uang
disumbangkan oleh Bill Gate ke yayasan untuk membantu orang lain. Saya ga usah
menjelaskan siap Bill Gate, yang pasti artikel ini dibaca dengan software hasil
karya perusahaan Bill Gate, kecuali kawan-kawan yang pake Linux atau pake Mac. Hayo
sekali lagi saya tanya. Pantes ga Bill Gate mendapatkan jutaan dollar?
Jadi pantas itu adalah muara dari upaya kesungguhan kita dalam
berbisnis. Bertemunya kesungguhan menguasai teknikal skill, mengumpulkan
pengalaman, belajar dari kegagalan. Sehingga semunya terlihat realistis dan
terukur. Bertemu dengan kepantasan diri
dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kuasa atas segala apapun di jakat raya ini.
Jika menghendaki si Badu sukses, maka sukses lah si Badu. Jika menghendaki si
Amir gagal, gagallah si Amir. Tuhan tidak perlu menggalang masa untuk
menjatuhkan si Amir. Apa lagi menggalang masa lewat Facebook. Karena Tuhan
tidak punya akun Facebook. Apalagi
Twitter. Cukup mengatakan jadi, maka jadilah.
Kepantasan itu sudah barang tentu dibungkus dengan niat lurus.
Hati-hati kawan dengan niat anda. Koreksi niat anda. Hapus niat tidak baik
anda.
Jadi sekarang bagimana
pandangan anda tentang rezeki dan usaha Anda? Saya tidak ingin menjelaskan apa
dan bagimana hubungan antara keduanya. Silahkan tarik sendiri benang merah
antara keduanya. Saya berharap pembaca dapat mengambil pelajaran dari urian
saya diatas. Menemukan faktor X yang
selama ini dicari-cari sebagai penyempurna
puzzle sukses bisnis anda. Mohon maaf jika ada yang salah dalam
menuturkan tentang ini. Hanya Allah yang mengetahui hakikat kebenaran wallahu'alam bisowab.
0 comments:
Post a Comment