Copyright © Kang Ees
Design by Dzignine
Wednesday, January 15, 2014

Semua pernah gagal

Semua orang pernah mengalami gagal. Tidak satupun orang yang memulai kemudian sukses. Gagal justru menjadi sebuah modal paling berharga buat perjalanan selanjutnya. Banyak pepatah yang menjelaskan bahwa sebuah kegagalan misalkan; “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”, “Kegagalan adalah guru yang paling berharga”. Pepatah-pepatah itu menunjukkan bahwa memang kegagalan adalah hal yang biasa dan lumrah. Mau bukti? Hal kecil yang mungkin sering kita lihat adalah melihat anak kecil yang mulai belajar berdiri. Jatuh dan bangun sudah tak terhitung hasilnya berbuah manis dalam beberapa bulan anak yang tadinya belajar berdiri kini sudah bisa berlari sampai kadang lupa mengerem kalo sedang berlari. Pelajaran dari anak kecil belajar berjalan adalah tidak ada polusi dalam dirinya bahwa setelah jatuh harus berhenti yang ada dipikirannya adalah setelah jatuh harus bangun. Justru malah kita sebagai orang tua yang memasukkan racun itu ke dalam pemikiran anak kita dengan melarang berdiri lagi.  

Nah, jika kegagalan sebuah fitrah yang memang ada dalam diri kita kenapa harus ditakuti. Kenapa harus berhenti. Terus coba dan coba lagi. Kegagalan demi kegagalan pada akhirnya akan membentuk sebuah pengalaman yang akan menjadi bekal selanjutnya agar tidak terulang kembali.

Takut Gagal.
Gagal dan takut gagal dua hal yang berbeda. Perbedaan seperti langit dan bumi. Gagal artinya pernah melakukan dan dampaknya pada sikap mental kita dan kemungkinan nya ada dua. Coba lagi atau memutuskan menyerah pada kegagalan. Sementara takut gagal hanya masalah waktu untuk betul-betul mulai terjun. Kunci takut gagal adalah dengan  langsung terjun. Aksi.

Masih ingat waktu dulu mulai belajar berenang? Pertama kali saya belajar berenang  di kali di kampung. Tidak ada instruktur atau pemandu yang ada teman-teman bermain. Hanya satu kata instruksi. “Lompat” dan saya pun lompat. Kontan saja hampir satu liter air masuk ke mulut saya. Kawan-kawan sepermainan malah menertawaiku. Lucu katanya. Belum kesal rasa kesal saya teman saya bilang lagi “lompat” tapi dengan tambahan “jangan panik”. Sayapun melompat lagi sambil memperhatikan gerak tangan dan kaki kawan-kawan spermainan yang sedang berenang. Tentu dengan kehati-hatian lebih dan tidak panik.

Cara saya belajar berenang jangan diikuti. Itu metode ala kampung saya. Lebih baik jika mau belajar berenang cari instruktur renang yang handal. Saya sangat yakin instruktur renang saat inipun menggunakan cara seperti itu. Bukan teori yang dibanyakin. Tapi segera aksi. Terjun dan lompat.

Sama halnya dengan memulai usaha. Jangan terlalu banyak berfikir. Apa lagi dihinggapi rasa takut gagal. Berikut langkah awal memulai dan menghindari takut gagal.

Mulai dari kecil. Ini untuk mengecilkan resiko. Jika dengan modal kecil saja Anda sukses maka selanjutnya adalah masalah perkalian. Jika dengan modal 5 saja anda mendapatkan untung 7 atau 10 maka anda tinggal mengkalikan jika ingin untung 20 atau 30. Mudahkan. Jika pun anda gagal maka resikonya juga tidak terlalu besar hanya rugi 5. Lebih kecil jika anda mulai dengan angka 10 atau 20.

Jaga cash flow keluarga. Dalam tahap ini Anda harus hati-jati dengan cash flow keuangan keluarga. Jangan sampai terganggu. Maka modal kecil adalah pintu masuknya. Jangan lekas-lekas keluar dari kerja jika memang Anda seorang karyawan. Siasati waktu dengan baik. Tapi bukan dengan cara bolos kerja.

 Pupuk keberanian. Tanpa keberanian untuk mulai sama saja bohong. Beranikan anda untuk melangkah. Fokus pada proses. Hiraukan ledekan kiri kanan. Lebih baik tutup kuping. Jalan saja.

Gagal.
Jika takut gagal hanya masalah mengumpulkan keberanian dan waktu muali. Tapi gagal hal lain. Masalahnya lebih komplek dan ruwet. Tidak hanya maslah teknis berkait berjalannya usaha tapi juga masalah hambatan mental. Hambatan yang luar biasa besar. Disinilah tantangannya. Untuk kasus-kasus tertentu kegagalan membawa trauma mental yang cukup berat. Pilihannya cuma ada dua  betul-betul menyerah bertekuk lutut pada kegagalan atau bangkit dan maju kembali.

Pada tulisan selanjutnya saya akan membahas lebih spesifik bagaimana bangkit dari kegagalan. Merestorasi rencana yang pernah ada. Menyusun rencana-rencana baru sambil terus memantaskan diri, memantaskan ikhtiyar dan akhirnya memantaskan ibadah kita.

0 comments:

Post a Comment